Seribu Bintang (part IV)
Nadir merasa bosan. Dia telah menguap untuk kesekian kalinya dalam 2 jam terakhir. Pelajaran ini begitu membosankan. Ia tidak pernah betah saat pelajaran Bahasa Indonesia. Menurunya buat apa mempelajari bahasa lebih dalam selama kita bisa bicara dan berkomunikasi standar? lagipula ia tak pernah berbakat dalam bidang sastra. Menulis untuknya hanya sekedar pelengkap untuk angka-angka yang ia minati. Nadir sangat menyukai angka, sampai dia berharap ada rumus untuk membuat sebuah paragraf ringkasan sejarah pahlawan nasional yang harus diselesaikannya malam ini. Tak tahan melihat huruf-huruf yang bergelung di papan tulis, Nadir memutuskan untuk melihat keluar jendela, barangkali ada kucing yang bisa ia amati. Namun sepanjang yang bisa ia lihat, Nadir hanya menemukan sesosok gadis yang sedang duduk di depan kelasnya. Kakinya disilangkan dihadapannya untuk menopang tangan dan buku yang sedang ia baca. Nampaknya ia sedang mencari sesuatu d...