Seribu Bintang (part IV)



     Nadir merasa bosan.  Dia telah menguap untuk kesekian kalinya dalam 2 jam terakhir. Pelajaran ini begitu membosankan. Ia tidak pernah betah saat pelajaran Bahasa Indonesia. Menurunya buat apa mempelajari bahasa lebih dalam selama kita bisa bicara dan berkomunikasi standar? lagipula ia tak pernah berbakat dalam bidang sastra. Menulis untuknya hanya sekedar pelengkap untuk angka-angka yang ia minati. Nadir sangat menyukai angka, sampai dia berharap ada rumus untuk membuat sebuah paragraf ringkasan sejarah pahlawan nasional yang harus diselesaikannya malam ini.
     Tak tahan melihat huruf-huruf yang bergelung di papan tulis, Nadir memutuskan untuk melihat keluar jendela, barangkali ada kucing yang bisa ia amati. Namun sepanjang yang bisa ia lihat, Nadir hanya menemukan sesosok gadis yang sedang duduk di depan kelasnya. Kakinya disilangkan dihadapannya untuk menopang tangan dan buku yang sedang ia baca. Nampaknya ia sedang mencari sesuatu dari buku itu, karena dia membalik-balik halaman demi halamannya dengan cepat. Sesaat kemudian dengan wajah cerah, sepertinya gadis itu menemukan apa yang ia cari, dan lalu menuliskannya ke buku sakunya yang bersampul cerah. Nadir sibuk menerka buku apa yang sedang dibaca oleh gadis itu. Lalu apa yang dituliskannya? Dan kenapa gadis itu duduk diluar, padahal ini masih jam pelajaran? Siapa mereka? Sepertinya mereka teman-teman gadis itu. Hey, kemana mereka membawa gadis itu pergi? Lalu pandangan Nadir terhalangi oleh banyak sekali murid-murid yang keluar bersamaan dari suatu ruangan. Nadir akhirnya paham apa yang terjadi, seiring dengan bunyi bel yang menandakan waktu istirahat terdengar meraung-raung. "Baiklah, berapa lama aku melihat keluar jendela?",batinnya.
     "Hey, ayo cari makan!", ujar seorang anak laki-laki bertubuh gempal itu riang.
     Nadir mengikuti saja teman-temannya melangkah keluar kelas diiringi hiruk pikuk dan celoteh murid-murid yang kelaparan dan lelah menutup mulut selama pelajaran. Mereka menjadi salah satu tersangka yang ikut berebut mengambil-mengais-apapun-di atas-meja makan-rak makan-baik yang terbungkus-ataupun-yang tidak terbungkus. Begitulah nasib anak asrama, karena kegiatan makan di schedule dengan baik, maka jam-jam rentan lapar, seperti ketika saat istirahat jam pelajaran ini, banyak dari mereka yang tidak bisa mengontrol cacing-cacing diperut dengan melahap semua jajanan di kantin sekolah.
     Setelah mengambil beberapa bungkus makanan, dan meyakinkan diri untuk membayar jajanan itu minggu depan, Nadir dan teman-temannya berjalan kembali ke kelas mereka. Mereka duduk di tangga di depan kelas mereka, sambil sesekali mengganggu orang-orang yang melewati tangga itu.
     "Ayo kita taruhan!!", kata salah satu teman Nadir yang berambut kusam.
     Setelah terdiam beberapa saat, bagaikan disadarkan kekuatan magis, kumpulan itu berteriak riuh menyetujui ide itu. Sementara Nadir terlihat tidak bersemangat, dan mengambil gitar yang sedari tadi diabaikan.
     "Aaaah, ayolah Nadir, akan tidak seru kalau kau tidak ikut", ucap si gembul yang menyadari ketidaktertarikan Nadir.
     "Ayolah kawan, hidup petualangan. Dan kita harus menikmatinya", ujar si pemberi ide diplomatis.
     Yang lainnya terus menyemangati Nadir untuk ikut dalam 'rencana besar' itu.
     "Bukannya aku tidak mau menikmati hidup sepertimu kawan! Tapi mengikuti ide 'brillian' mu itu sama dengan tiket untuk mendapatkan hukuman dari sekolah, dan hanya untuk mengingatkan kalian semua bahwa aku masih menjalani hukuman ku yang terbaru sampai akhir minggu ini, dan kita sama-sama tahu siapa yang menyebabkanku dihukum terima kasih!" jawab Nadir jengkel. Hukuman kali ini terjadi karena Nadir tertangkap basah berada di dapur, yang digunakan untuk membuatkan makan pagi-siang-malam mereka setiap hari, mengambil sisa-sisa makanan pada pukul sebelas malam, saat semua kamar seharusnya telah terkunci. Yah, hari itu memang hari sial bagi Nadir, operasi-operasi ke dapur sebelumnya selalu berhasil. Dan kalau si tukang ide tadi tidak lupa memberikan kode morse bahwa si pengawas asrama sedang patroli disekitar dapur, tentu Nadir tidak akan dihukum 2 minggu seperti ini. 
     "Jangan terlalu sentimentil kawan! Taruhan ini tidak akan terlacak oleh sekolah! Tidak akan berhubungan dengan mengambil makanan di dapur, atau membobol lab komputer untuk nonton film, aku janji!!" ucap si tukang ide itu percaya diri.
     Nadir tau bahwa ia tidak akan mungkin menghindar. Bukan karena paksaan teman-temannya. Tapi karena ia sangat menyukai tantangan. Dan juga sangat suka melanggar peraturan tentu saja!Dengan diamnya Nadir, diartikan si tukang ide sebagai keikutsertaannya kedalam rencana besarnya. Nadir hanya menunduk mendengarkan sambil memainkan gitarnya.
     "Baiklah, hadiah taruhannya adalah dibayarkan semua hutangnya di kantin, dan ditraktir selama 1 minggu berikutnya!" kata-kata si tukang ide itu disambut gembira oleh teman-temannya, termasuk Nadir yang kemudian mengangkat tegak kepalanya untuk memastikan. Dan kemudian dia menangkap siluet yang ia rasa kenal bergerak dikejauhan. Nadir memalingkan kepalanya ke arah kilasan itu, dan melihat sosok gadis yang dilihatnya selama pelajaran tadi sedang duduk di depan kelas dan tertawa bersama ketiga orang temannya.
     "Tantangannya adalah......" semua orang diam menahan napas, ".... meminta salah satu dari junior kita untuk menjadi pacarnya! Siapa yang berhasil pacaran dengan junior itu, maka dialah pemenangnya!!" ia mengakhiri dengan tatapan tidak percaya dari semua orang namun nampak bersemangat.
     "Nah pilih lah target kalian masing-masing! Kita akan melakukannya akhir minggu ini! Oya Nadir, aku tau kau tidak punya kenalan di kalangan junior, yaah, kau kan payah dalam hal perempuan, mau aku bantu carikan target tidak?? Aku kenal beberapa..", kata si tukang ide berbaik hati setengah pamer.
     Nadir tidak tahu apa saat itu dipikirkannya, dia tidak benar-benar paham apa yang terjadi ketika, setelah mengalihkan pandangannya dari sosok gadis di depan kelas itu, dia menatap temannya yang tukang ide dan berkata dengan jelas,
     "Tidak usah. Aku sudah punya tergetku sendiri".


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haru-Haru

Sabtu Pagi

It's The End of An Era